Jumat, 19 Oktober 2012

PERENCANAAN TRANSPORTASI PERKOTAAN


SJAID S. FAIS ASSAGAF,ST.,MT
Dosen dan Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH)
Uniqbu

A.    Perencanaan Transportasi
Tujuan Dasar Perencanaan transportasi adalah untuk memperkirakan jumlah dan lokasi kebutuhan akan transportasi (jumlah perjalanan, baik untuk angkutan umum ataupun angkutan pribadi) pada masa yang akan datang (tahun rencana) untuk kepentingan kebijaksanaan investasi perencanaan transportasi.
Umur perencanaan :

 
·         Jangka pendek  maksimum 5 tahun; biasanya berupa kajian manajemen transportasi yang lebih menekankan dampak manajemen lalulintas terhadap perubahan rute suatu moda transportasi
·         Jangka menengah  10 s/d 20 tahun (kajian kuliah ini); biasanya digunakan untuk meramalkan arus lalulintas yang nantinya menjadi dasar perencanaan investasi untuk suatu fasilitas transportasi yang baru.
·         Jangka panjang lebih dari 20 tahun; digunakan untuk perencanaan strategi pembangunan kota jangka panjang.


B.     PENDEKATAN SISTEM PERENCANAAN TRANSPORTASI

Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan untuk perencanaan dan teknik dimana suatu usaha dilakukan untuk menganalisa seluruh faktor yang berhubungan dengan permasalahan yang ada.
Contoh: Jika suatu ruas jalan memiliki tingkat kepadatan arus lalu lintas yang tinggi dapat ditangani dengan pelebaran ruas jalan tersebut; tetapi pada saat yang sama kemacetan lalu lintas berpindah ke ruas yang lain; karenanya penyelesaian masalah tidak bisa hanya secara partial tetapi harus dengan pendekatan sistem.
 Pengertian Sistem
SISTEM adalah gabungan dari beberapa komponen atau objek yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Beberapa komponen penting saling berhubungan dalam proses perencanaan transportasi; proses perencanaan ini merupakan proses berdaur (cyclic) dan tidak pernah berhenti; sehingga perubahan pada suatu komponen mempengaruhi komponen lainnya. lihat gambar berikut.











Gambar 2.1: Proses Perencanaan
C.    Sistem Transportasi Makro
Sistem transportasi makro terdiri dari :
Sistem kegiatan (transport demand) merupakan pola kegiatan tataguna lahan yang terdiri dari sistem pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan lain-lain. Kegiatan yang timbul dalam sistem ini membutuhkan pergerakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang
perlu dilakukan setiap hari yang tidak dapat dipenuhi oleh tataguna lahan tersebut. Besarnya pergerakan sangat terkait dengan jenis dan intensitas kegiatan yang
dilakukan.
Sistem jaringan (prasarana transportasi/transport supply) merupakan Pergerakan yang berupa pergerakan manusia dan atau barang tersebut membutuhkan moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat moda tersebut bergerak. Prasarana transportasi ini dikenal dengan sistem jaringan yang meliputi jaringan jalan raya, kereta api, terminal, bus, bandara dan pelabuhan laut.
Sistem pergerakan (lalu lintas/Traffic) merupakan Interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan akan menghasilkan suatu pergerakan manusia/kendaraan.
Sistem kelembagaan (institusi) untuk menjamin terjadinya pergerakan yang aman, nyaman, lancar, mudah dan handal dan sesuai dengan lingkungan. Maka diperlukan suatu sistem yang mengatur tiga sistem diatas. Sistem ini disebut sistem kelembagaan. Sistem kelembagaan yang berkaitan dengan masalah transportas adalah:
·         Sistem kegiatan: Bappenas, Bappeda tingkat I dan II, Pemda
·         Sistem jaringan: Dephub, Jasa Marga, Bina Marga, Dinas PU, dll
·         Sistem pergerakan: DLLAJ, Organda, Polantas, dll
Gambar 2.Sistem Transportasi Makro

Sistem Tata guna lahan transportasi sebagai pergerakan arus manusia, kendaraan, dan barang mengakibatkan bergagai macam interkasi. Hampir semua interkasi memerlukan perjalanan, dan menghasilkan pergerakan arus lalulintas. Sasaran umum perencanaan transportasi adalah membuat interaksi tersebut menjadi semudah dan seefisien mungkin dengan menetapkan kebijakan tentang hal berikut :
a. Sistem kegiatan ialah rencana tataguna lahan yang baik (lokasi sekolah, kantor, perumahan, dll) dapat mengurangi kebutuhan akan pergerakan perjalanan yang panjang sehingga membuat interaksi menjadi lebih mudah.
b. Sistem jaringan dapat dilakukan dengan meningatkan kapasitas pelayanan prasarana yang ada pelebaran jalan, menambah jaringan jalan baru.
c. Sistem pergerakan dapat dilakukan dengan mengatur teknik dan manajemen lalulintas (jangka pendek), fasilitas angkutan umum yang lebih baik (jangkan pendek dan menengah), atau pembangunan jalan baru (jangka panjang).

D.    AKSESIBILITAS DAN MOBILITAS
AKSESIBILTAS adalah konsep yang menggabungkan pengaturan tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Dengan perkataan lain aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan bagaimana lokasi tataguna lahan berintekasi satu dengan yang lain dan bagaimana mudah dan susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem
jaringan transportasi.
MOBILITAS adalah suatu ukuran kemampuan seseorang untuk bergerak yang biasanya dinyatakan dengan kemampuannya membayar biaya transportasi. Jika aksesibilitas ke suatu tempat tinggi, maka mobilitas orang ke tempat tersebut juga tinggi selama biaya aksesibilitas ke tempat tersebut mampu dipenuhi.
Klasifikasi tingkat aksesibilitas :
Dari tabel diatas menunjukkan suatu tempat dikatakan ”aksesibel” jika sangat dekat dengan tempat lainnya, dan ”tidak aksesibel” jika berjauhan. Konsep ini sangat sederhana dimana hubungan transportasi dinyatakan dalam jarak (km), Saat ini JARAK merupakan suatu variabel yang tidak begitu cocok, karena orang lebih cenderung menggunakan variabel waktu tempuh sebagai ukuran aksesibilitas. Lihat ilustrasi berikut :
Jika jarak sebagai ukuran aksesibilitas, maka AB lebih tinggi aksesibilitasnya dibandingkan AC; sebaliknya jika ukurannya adalah waktu tempuh, AC > AB (aksesibilitas AC lebih tinggi dari AB).

2.4 KONSEP PERENCANAAN TRANSPORTASI
Konsep perencanaan transportasi yang paling populer adalah Model Perencanaan Transportasi Empat Tahap (Four Stages Transport Model), yang terdiri dari:
1. Bangkitan dan tarikan pergerakan (Trip Generation)
2. Distribusi pergerakan lalu lintas (Trip Distribution)
3. Pemilihan moda (Modal choice/modal split)
4. Pembebanan lalu lintas (Trip assignment)
Bangkitan dan tarikan pergerakan (Trip Generation) adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tataguna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu zona atau tataguna lahan.
Bangkitan lalu lintas ini mencakup :
·         Lalu lintas yang meninggalkan suatu lokasi (trip production)
·         Lalu lintas yang menuju ke suatu lokasi (trip attraction)


Pergerakan yang berasal  dari zona i                  Pergerakan yang menuju zona j

Bagkitan lalu lintas tergantung dari 2 aspek tataguna lahan:
a. Tipe tataguna lahan
Tipe tataguna lahan yang berbeda (pemukiman, pendidikan, dll) mempunyai
karakteristik bangkitan yang berbeda :
-  Jumlah arus lalu lintas
-  Jenis lalu lintas (pejalan kaki, truk, mobil)
-  Waktu yang berbeda (contoh: kantor menghasilkan lalu lintas pada pagi dan sore).
b. Jumlah aktivitas (dan intensitas) pada tataguna lahan tersebut Semakin tinggi tingkat penggunaan sebidang tanah, semakin tinggi lalu lintas yang dihasilkan. Salah satu ukuran intensitas aktivitas sebidang tanah adalah kepadatannya.



Tidak ada komentar: